MenurutM. Hasbi ash-Shiddiqi, yang dikutip oleh Drs. H. Muchlis Usman, M.A., kaidah-kaidah ushuliyah disebut juga kaidah-kaidah istinbathiyah, yaitu kaidah-kaidah yang berkaitan dengan metode uslub-uslub maupun tarkibnya. Kaidah istinbathiyah banyak berkaitan dengan amar, nahyu, ‘amm, khash, muthlaq, musytarak, muqayyad, mujmal, mufasshal.[1]
Amar dan Nahi 1. Pengertian dan bentuk-bentuk Amar Menurut mayoritas ulama ushul fiqih, amar adalah suatu tuntutan perintah untuk melakukan sesuatu dari pihak yang lebih tinggi kedudukannya kepada pihak yang lebih rendah tingkatannya. [1] Perintah untuk melakukan suatu perbuatan, seperti dikemukakan oleh Khudari Bik dalam bukunya Tarikh al-Tasyri, disampaikan dalam berbagai redaksi antara lain a. Perintah tegas dengan menggunakan kata amara ﺍﻣﺮ dan yang seakar dengannya. misalnya dalam ayat ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻳَﺄْﻣُﺮُ ﺑِﺎﻟْﻌَﺪْﻝِ ﻭَﺍﻹﺣْﺴَﺎﻥِ ﻭَﺇِﻳﺘَﺎﺀِ ﺫِﻱ ﺍﻟْﻘُﺮْﺑَﻰ ﻭَﻳَﻨْﻬَﻰ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﻔَﺤْﺸَﺎﺀِ ﻭَﺍﻟْﻤُﻨْﻜَﺮِ ﻭَﺍﻟْﺒَﻐْﻲِ ﻳَﻌِﻈُﻜُﻢْ ﻟَﻌَﻠَّﻜُﻢْ ﺗَﺬَﻛَّﺮُﻭﻥَ Artinya “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah larang dari perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi ganjaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”. QS. An-Nahl/1690 b. Perintah dalam bentuk pemberitaan bahwa perbuatan itu diwajibkan atas seseoarang dalam dengan memakai kata kutiba ﻛﺘﺐ /diwajibkan. Misalnya, dalam surat al-Baqarah ayat 178 ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﻛُﺘِﺐَ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢُ ﺍﻟْﻘِﺼَﺎﺹُ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻘَﺘْﻠَﻰ ﺍﻟْﺤُﺮُّ ﺑِﺎﻟْﺤُﺮِّ ﻭَﺍﻟْﻌَﺒْﺪُ ﺑِﺎﻟْﻌَﺒْﺪِ ﻭَﺍﻷﻧْﺜَﻰ ﺑِﺎﻷﻧْﺜَﻰ ﻓَﻤَﻦْ ﻋُﻔِﻲَ ﻟَﻪُ ﻣِﻦْ ﺃَﺧِﻴﻪِ ﺷَﻲْﺀٌ ﻓَﺎﺗِّﺒَﺎﻉٌ ﺑِﺎﻟْﻤَﻌْﺮُﻭﻑِ ﻭَﺃَﺩَﺍﺀٌ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﺑِﺈِﺣْﺴَﺎﻥٍ ﺫَﻟِﻚَ ﺗَﺨْﻔِﻴﻒٌ ﻣِﻦْ ﺭَﺑِّﻜُﻢْ ﻭَﺭَﺣْﻤَﺔٌ ﻓَﻤَﻦِ ﺍﻋْﺘَﺪَﻯ ﺑَﻌْﺪَ ﺫَﻟِﻚَ ﻓَﻠَﻪُ ﻋَﺬَﺍﺏٌ ﺃَﻟِﻴﻢٌ Artinya “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba dan wanita dengan wanita. Maka barang siapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah yang memaafkan mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah yang diberi maaf membayar diat kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik pula. Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barang siapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih”. QS. al-Baqarah/2178 c. Perintah dengan memakai redaksi pemberitaan jumlah khabariyah, namun yang dimaksud adalah perintah. Misalnya, ayat 228 surat al-Baqarah ﻭَﺍﻟْﻤُﻄَﻠَّﻘَﺎﺕُ ﻳَﺘَﺮَﺑَّﺼْﻦَ ﺑِﺄَﻧْﻔُﺴِﻬِﻦَّ ﺛَﻼﺛَﺔَ ﻗُﺮُﻭﺀٍ ﻭَﻻ ﻳَﺤِﻞُّ ﻟَﻬُﻦَّ ﺃَﻥْ ﻳَﻜْﺘُﻤْﻦَ ﻣَﺎ ﺧَﻠَﻖَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻓِﻲ ﺃَﺭْﺣَﺎﻣِﻬِﻦَّ ﺇِﻥْ ﻛُﻦَّ ﻳُﺆْﻣِﻦَّ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺍﻟْﻴَﻮْﻡِ ﺍﻵﺧِﺮِ ﻭَﺑُﻌُﻮﻟَﺘُﻬُﻦَّ ﺃَﺣَﻖُّ ﺑِﺮَﺩِّﻫِﻦَّ ﻓِﻲ ﺫَﻟِﻚَ ﺇِﻥْ ﺃَﺭَﺍﺩُﻭﺍ ﺇِﺻْﻼﺣًﺎ ﻭَﻟَﻬُﻦَّ ﻣِﺜْﻞُ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻦَّ ﺑِﺎﻟْﻤَﻌْﺮُﻭﻑِ ﻭَﻟِﻠﺮِّﺟَﺎﻝِ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻦَّ ﺩَﺭَﺟَﺔٌ ﻭَﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﺰِﻳﺰٌ ﺣَﻜِﻴﻢٌ Artinya “Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri menunggu tiga kali quru. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka para suami itu menghendaki ishlah. Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang makruf. Akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. QS. al-Baqarah/2228 d. Perintah dengan memakai kata kerja perintah secara langsung. Misalnya, ayat 238 surat al-Baqarah ﺣَﺎﻓِﻈُﻮﺍ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﺼَّﻠَﻮَﺍﺕِ ﻭَﺍﻟﺼَّﻼﺓِ ﺍﻟْﻮُﺳْﻄَﻰ ﻭَﻗُﻮﻣُﻮﺍ ﻟِﻠَّﻪِ ﻗَﺎﻧِﺘِﻴﻦَ Peliharalah segala salat mu, dan peliharalah shalat wusthaa. Berdirilah karena Allah dalam salatmu dengan khusyuk. QS. al-Baqarah/2238. e. Perintah dalam bentuk menjanjikan kebaikan yang banyak atas pelakunya. Misalnya, ayat 245 surat al-Baqarah ﻣَﻦْ ﺫَﺍ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﻳُﻘْﺮِﺽُ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻗَﺮْﺿًﺎ ﺣَﺴَﻨًﺎ ﻓَﻴُﻀَﺎﻋِﻔَﻪُ ﻟَﻪُ ﺃَﺿْﻌَﺎﻓًﺎ ﻛَﺜِﻴﺮَﺓً ﻭَﺍﻟﻠَّﻪُ ﻳَﻘْﺒِﺾُ ﻭَﻳَﺒْﺴُﻂُ ﻭَﺇِﻟَﻴْﻪِ ﺗُﺮْﺟَﻌُﻮﻥَ Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik menafkahkan hartanya di jalan Allah, maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan rezeki dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan. QS. al-Baqarah/2245 1 Hukum-Hukum Yang Mungkin Ditunjukkan Oleh Bentuk Amar Suatu bentuk perintah, seperti dikemukakan oleh Muhammad Adib Saleh, Guru Besar Ushul Fiqih Universitas Damaskus, bisa digunakan untuk berbagai pengertian, yaitu antara lain Menunjukkan hukum wajib seperti perintah shalat. a Untuk menjelaskan bahwa sesuatu itu boleh dilakukan seperti ayat 51 surat al-Mukminun ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟﺮُّﺳُﻞُ ﻛُﻠُﻮﺍ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻄَّﻴِّﺒَﺎﺕِ ﻭَﺍﻋْﻤَﻠُﻮﺍ ﺻَﺎﻟِﺤًﺎ ﺇِﻧِّﻲ ﺑِﻤَﺎ ﺗَﻌْﻤَﻠُﻮﻥَ ﻋَﻠِﻴﻢٌ Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. QS. al-Mukminun/2351 b Untuk melemahkan, misalnya ayat 23 Surat al-Baqarah ﻭَﺇِﻥْ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﻓِﻲ ﺭَﻳْﺐٍ ﻣِﻤَّﺎ ﻧَﺰَّﻟْﻨَﺎ ﻋَﻠَﻰ ﻋَﺒْﺪِﻧَﺎ ﻓَﺄْﺗُﻮﺍ ﺑِﺴُﻮﺭَﺓٍ ﻣِﻦْ ﻣِﺜْﻠِﻪِ ﻭَﺍﺩْﻋُﻮﺍ ﺷُﻬَﺪَﺍﺀَﻛُﻢْ ﻣِﻦْ ﺩُﻭﻥِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺇِﻥْ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺻَﺎﺩِﻗِﻴﻦَ Dan jika kamu tetap dalam keraguan tentang Al Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami Muhammad, buatlah satu surat saja yang semisal Al Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. QS. al-Baqarah/223 c Sebagai ejekan dan penghinaan, misalnya firman Allah berkenaan dengan orang yang ditimpa siksa di akhirat nanti sebagai ejekan atas diri mereka dalam surat al-Dukhan ayat 49 ﺫُﻕْ ﺇِﻧَّﻚَ ﺃَﻧْﺖَ ﺍﻟْﻌَﺰِﻳﺰُ ﺍﻟْﻜَﺮِﻳﻢُ Rasakanlah, sesungguhnya kamu orang yang perkasa lagi mulia. 2 Kaidah-Kaidah Yang Berhubungan Dengan Amar Apabila dalam nash teks syara’ terdapat salah satu dari bentuk perintah tersebut, maka seperti dikemukakan Muhammad Adib Saleh, ada beberapa kaidah yang mungkin bisa diberlakukan. Kaidah pertama meskipun dalam suatu perintah bisa menunjukan bebagai pengertian, namun pada dasarnya suatuperintah menunjukan hukum wajib dilaksanakan kecuali ada indikasi atau dalil yang memalingkannya dari hukum tersebut. Kesimpulan ini, di samping didasarkan atas kesepakatan ahli bahasa, juga atas ayat 62 surat an-Nur yang mengancam dan menyiksa orang-orang yang menyalahi perintah Allah. Adanya ancaman siksaan itu menunjukan bahwa suatu perintah wajib dilaksanakan. Contoh perintah yang terbebas dari indikasi yang memalingkan dari hukum wajib adalah ayat 77 surat an-Nisa … Dan dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat… Ayat tersebut menunjukkan hukum wajib mendirikan solat lima waktu dan menunaikan zakat. Kaidah kedua adalah suatu perintah haruskah dilakukan berulang kali atau cukup dilakukan sekali saja?, menrt para ulama Ushul Fiqih, pada dasarnya suatu perintah tidak menunjukkan berulang-kali dilakukan kecuali ada dalil untuk itu. Karena suatu perintah hanya menunjukkan perlu terwujudnya perbuatan yang diperintahkan itu dan hal itu sudah bisa tercapai meski pun hanya dilakukan satu kali. Contohnya ayat 196 surat al-Baqarah ﻭَﺃَﺗِﻤُّﻮﺍ ﺍﻟْﺤَﺞَّ ﻭَﺍﻟْﻌُﻤْﺮَﺓَ ﻟِﻠَّﻪ … Dan sempurnakanlah ibadah haji dan `umrah karena Allah. QS. al-Baqarah/2196 Perintah melakukan haji dalam ayat tersebut sudah terpenuhi dengan melakukan satu kali haji selama hidup. Adanya kemestian pengulangan, bukan ditunjukan oleh perintah itusendiri tetapi oleh dalil lain. Misalnya ayat 78 surat al-Isra. Kaidah ketiga adalah suatu perintah haruskah dilakukan sesegera mungkin atau bisa ditunda-tunda? Misalnya pada dalil yang artinya ….Maka berlomba-lombahlah dalam membuat kebaikan… Menurut sebagian ulama, antara lain Abu al-Hasan al-Karkhi. Seperti di nukil Muhammad Adib Shalih, bahwa suatu perintah menunjukkan hukum wajib segera dilakukan. Menurut pendapat ini barang siapa yang tidak segera melakukan di awal waktunya maka ia berdosa. 2. Pengertian dan Bentuk-bentuk Nahi Mayoritas ulama ushul fiqih mendefinisikan nahi sebagai Larangan melakukan suatu perbuatan dari pihak yang lebih tinggi kedudukannya kepada pihak yang lebih rendah tingkatannya dengan kalimat yang menunjukkan atas hal itu. Dalam melarang suatu perbuatan, seperti disebutkan oleh Muhammad Khudri Bik. Allah juga memakai berbagai ragam bahasa. Diantaranya adalah a Larangan secara tegas dengan memakai kata naha ﻧﻬﻲ atau yang seakar dengannya yang secara bahasa berarti melarang. Misalnya surat an-Nahl ayat 90 ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻳَﺄْﻣُﺮُ ﺑِﺎﻟْﻌَﺪْﻝِ ﻭَﺍﻹﺣْﺴَﺎﻥِ ﻭَﺇِﻳﺘَﺎﺀِ ﺫِﻱ ﺍﻟْﻘُﺮْﺑَﻰ ﻭَﻳَﻨْﻬَﻰ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﻔَﺤْﺸَﺎﺀِ ﻭَﺍﻟْﻤُﻨْﻜَﺮِ ﻭَﺍﻟْﺒَﻐْﻲِ ﻳَﻌِﻈُﻜُﻢْ ﻟَﻌَﻠَّﻜُﻢْ ﺗَﺬَﻛَّﺮُﻭﻥَ Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. QS an-Nahl/1690. Nabi Saw bersabda Artinya Dari Abi Sa’id Al-Khudri ia berkata”Saya telah mendengar Rasulullah SAW. Bersabda “barang siapa diantara kalian melihat kemungkaran hendaklah dia merubahnya dengan tangannya, jika dia tidak mampu, maka dengan lidahnya, dan jika tidak sanggup, maka dengan hatinya. Namun, yang demikian merubah kemungkaran dengan hati yaitu adalah selemah-lemahnya iman.” Muslim. [2] b Larangan dengan menjelaskan bahwa sesuatu perbuatan itu diharamkan ﺣﺮﻡ . Misalnya, ayat 33 surat al-A’raf ﻗُﻞْ ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺣَﺮَّﻡَ ﺭَﺑِّﻲَ ﺍﻟْﻔَﻮَﺍﺣِﺶَ ﻣَﺎ ﻇَﻬَﺮَ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﻭَﻣَﺎ ﺑَﻄَﻦَ ﻭَﺍﻹﺛْﻢَ ﻭَﺍﻟْﺒَﻐْﻲَ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﺍﻟْﺤَﻖِّ ﻭَﺃَﻥْ ﺗُﺸْﺮِﻛُﻮﺍ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﻣَﺎ ﻟَﻢْ ﻳُﻨَﺰِّﻝْ ﺑِﻪِ ﺳُﻠْﻄَﺎﻧًﺎ ﻭَﺃَﻥْ ﺗَﻘُﻮﻟُﻮﺍ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻣَﺎ ﻻ ﺗَﻌْﻠَﻤُﻮﻥَ Katakanlah “Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak atau pun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, mengharamkan mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujah untuk itu dan mengharamkan mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui”.QS. al-A’raf/733. Dan masih banyak contoh-contoh larangan yang lainnya. Beberapa Kemungkinan Hukum Yang Ditunjukkan Bentuk Nahi Seperti dikemukakan Adib Saleh, bahwa bentuk larangan dalam penggunaannya mungkin menunjukkan berbagai pengertian, antara lain a. Untuk menunjukkan hukum haram misalnya ayat 221 surat al-Baqarah ﻭَﻻ ﺗَﻨْﻜِﺤُﻮﺍ ﺍﻟْﻤُﺸْﺮِﻛَﺎﺕِ ﺣَﺘَّﻰ ﻳُﺆْﻣِﻦَّ ﻭَﻷﻣَﺔٌ ﻣُﺆْﻣِﻨَﺔٌ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣِﻦْ ﻣُﺸْﺮِﻛَﺔٍ ﻭَﻟَﻮْ ﺃَﻋْﺠَﺒَﺘْﻜُﻢْ ﻭَﻻ ﺗُﻨْﻜِﺤُﻮﺍ ﺍﻟْﻤُﺸْﺮِﻛِﻴﻦَ ﺣَﺘَّﻰ ﻳُﺆْﻣِﻨُﻮﺍ ﻭَﻟَﻌَﺒْﺪٌ ﻣُﺆْﻣِﻦٌ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣِﻦْ ﻣُﺸْﺮِﻙٍ ﻭَﻟَﻮْ ﺃَﻋْﺠَﺒَﻜُﻢْ ﺃُﻭﻟَﺌِﻚَ ﻳَﺪْﻋُﻮﻥَ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ ﻭَﺍﻟﻠَّﻪُ ﻳَﺪْﻋُﻮ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ﻭَﺍﻟْﻤَﻐْﻔِﺮَﺓِ ﺑِﺈِﺫْﻧِﻪِ ﻭَﻳُﺒَﻴِّﻦُ ﺁﻳَﺎﺗِﻪِ ﻟِﻠﻨَّﺎﺱِ ﻟَﻌَﻠَّﻬُﻢْ ﻳَﺘَﺬَﻛَّﺮُﻭﻥَ Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik dengan wanita-wanita mukmin sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya perintah-perintah-Nya kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran. QS. al-Baqarah/2221 b. Sebagai anjuran untuk meninggalkan, misalnya ayat 101 surat al-Maidah ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﻻ ﺗَﺴْﺄَﻟُﻮﺍ ﻋَﻦْ ﺃَﺷْﻴَﺎﺀَ ﺇِﻥْ ﺗُﺒْﺪَ ﻟَﻜُﻢْ ﺗَﺴُﺆْﻛُﻢْ ﻭَﺇِﻥْ ﺗَﺴْﺄَﻟُﻮﺍ ﻋَﻨْﻬَﺎ ﺣِﻴﻦَ ﻳُﻨَﺰَّﻝُ ﺍﻟْﻘُﺮْ ﺁﻥُ ﺗُﺒْﺪَ ﻟَﻜُﻢْ ﻋَﻔَﺎ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻨْﻬَﺎ ﻭَﺍﻟﻠَّﻪُ ﻏَﻔُﻮﺭٌ ﺣَﻠِﻴﻢٌ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan kepada Nabimu hal-hal yang jika diterangkan kepadamu, niscaya menyusahkan kamu dan jika kamu menanyakan di waktu Al Qur’an itu sedang diturunkan, niscaya akan diterangkan kepadamu. Allah memaafkan kamu tentang hal-hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun. QS. al-Maidah/5101 c. Penghinaan, contohnya ayat 7 surat al-Tahrin. d. Untuk menyatakan permohonan, misalnya ayat 286 surat al-Baqarah. DAFTAR PUSTAKA Khairul Uman, Ushul Fiqh II, Bandung CV Pustaka Setia. 2001. Musthofa Hadna, Ayo Mengkaji Fikih untuk Madrasah Aliyah kelas XII, Jakarta PT Gelora Aksara Pratama, 2008. Oneng Nurul Briyah, Materi Hadits, Jakarta Penerbit Kalam Mulia, 2008. Satria Effendi, Ushul Fiqh, Jakarta Kencana Penada Media Group. 2008. [1] Satria Effendi, Ushul Fiqh, Jakarta Kencana Penada Media Group. 178. [2] Oneng Nurul Briyah, Materi Hadits, Jakarta Penerbit Kalam Mulia, 2008. hlm. 191. [3] Khairul Uman, Ushul Fiqh II, Bandung CV Pustaka Setia. 61. [4] Satria Effendi, Ushul Fiqh, Jakarta Kencana Penada Media Group. 206. [5] Musthofa Hadna, Ayo Mengkaji Fikih untuk Madrasah Aliyah kelas XII, Jakarta PT Gelora Aksara Pratama, 2008,
Danmakalah ini akan mencoba untuk membahas kaidah-kaidah atau ketentuan-ketentuan dalam Al-Qur’an, khususnya dalam hal lafadz ‘am dan khas. Bab 2. Pembahasan Pengertian Lafadz ‘Am dan Khas ‘Am menurut bahasa artinya merata, atau yang umum. Sedangkan menurut istilah ialah lafadz yang meliputi pengertian umum, terhadap semua yang
Jika sebelumnya sudah membahas fi’il amr, pada kesempatan kali ini akan membahas fi’il nahi. Memang belajar bahasa Arab beserta aturannya tidak semudah bahasa Indonesia, sahabat muslim harus mencari harokat yang pas agar tidak salah makna. Apalagi jika di pesantren, kemampuan ini harus jadi nomor satu. Simak penjelasan lengkapnya dari awal hingga akhir ya! PengertianSighat Fi’il NahiKaidah-Kaidah yang Perlu DiketahuiMenuntut Adanya TahrimApabila Larangannya Tidak Tegas, Justru Itulah yang Sangat HaramLarangan Syar’i Berlaku untuk KeseluruhanPerintah dengan Bentuk Khobar BeritaLarangan itu Menunjukkan KerusakanShare thisRelated posts Amr adalah perintah, sedangkan nahi kebalikannya, berbentuk masdar kata dasar – نھي- ینھي Baca Juga Contoh Fi’il Amr نھیا yang artinya adalah melarang atau mencegah. Pengertian luasnya yaitu ungkapan yang datang dari orang yang kedudukannya lebih tinggi kepada yang lebih rendah agar suatu perbuatan tersebut tidak dilakukan. Tapi dalam ilmu Al-Qur’an, definisinya bisa menjadi lebih sederhana lagi, yaitu tuntutan untuk meninggalkan atau mencegah melakukan suatu pekerjaan tertentu. Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik benang merah bahwa nahi harus berupa tuntutan untuk meninggalkan yang ditandai dengan adanya sighat bentuk kalimat larangan. Sighat Fi’il Nahi Sebelum membahas lebih jauh, sahabat muslim harus memahami bahwa sighat adalah bentuk kalimat, ungkapan, ucapan atau lafal yang ditinjau dari segi maknanya tempat dan waktunya. Nahi juga sama seperti Amr yang memiliki beberapa sighat, di antaranya adalaah Menggunakan fi’il mudhori yang akan dikerjakan, karena tidak mungkin kan melarang yang sudah dikerjakan? Pun harus ditambah dengan lam nahi untuk meyakinkan bahwa kalimat tersebut adalah sebuah larangan. Contohnya adalah kata ولا تقربوا janganlah mendekati dalam surat Al-Isra’ ayat 32 وساء سبیلا ولا تقربوا الزنا إنھ كن فا حش Apabila bentuk nakirah bentuk asli tanpa adanya perubahan mengandung nahi, maka hal tersebut merujuk pada sesuatu yang bersifat umum. Misalkan dalam surat An-Nisa’ ayat 36 terdapat kalimat ولا تشركوا yang artinya adalah janganlah berbuat musyrik menyekutukan Allah termasuk kalimat yang umum digunakan. Sehingga makna dari ayat وعبدوا لله ولا تشركوا بھ شیئا . adalah menegaskan untuk tidak menyekutukan Allah dalam bentuk apapun. Sampai sini paham kan? Terkadang juga berbentuk lafaz nahi وینھي seperti yang ada di surat An-Nahl ayat 90 yaitu القحشاء والمنكرعنوینھي Larangan juga terkadang berbentuk sebagai sebuah pernyataan atau kabar berita, contohnya adalah حرمت علیكم أمھا تكم وبنا تكم yang artinya adalah diharamkan atas kamu semua ibu-ibu kamu dan anak-anak kamu. Kesimpulan dari pernyataan di atas adalah bentuk kalimat larangan bisa bermacam-macam. Baik itu ditambah lam nahi pada kalimat fi’il mudhori, berbentuk pernyataan umum, terdapat kalimat yang “nahi” dan pernyataan/berita. Sahabat muslim harus paham betul akan hal ini. Baca Juga Contoh Fi’il Mudhari Kaidah-Kaidah yang Perlu Diketahui Memahami tata bahasa dalam Al-Qur’an memang tidak bisa sembarangan, harus ada rambu-rambu atau nash yang diperhatikan. Sama halnya dengan fi’il amr, nahi juga mempunyai beberapa kaidah di antaranya adalah Menuntut Adanya Tahrim Nahi menuntut adanya tahrim disegerakan, terus menerus dan selamanya, karena hakikatnya, larangan merupakan sebuah hukum haram yang bisa saja menjadi halal apabila ada dalil qarinah yang menunjukkan. Contohnya dalam surat Al-An’am ayat 6 yang mana Allah melarang riba sampai kapan pun, ولا تأ كلوا الربا أضعا فا مضا عفھ ولا تمش في الأرض مرحا . Apabila Larangannya Tidak Tegas, Justru Itulah yang Sangat Haram Contoh dari kaidah kedua ini sudah banyak yang mengetahui, yaitu dalam surat Al-Isra’ ayat 32 yang berbunyi ولا تقربوا الزني. Artinya yaitu “dan janganlah Kamu mendekati zina”, kata “mendekati” di sini tidak jelas seperti apa bentuk perbuatannya, apakah itu pacaran atau lainnya. Namun yang perlu dipahami, mendekati saja tidak boleh apalagi melakukannya. Baca Juga ; Tashrif Fi’il Majhul Larangan Syar’i Berlaku untuk Keseluruhan Hampir sama dengan amr ketika Allah memerintahkan sesuatu untuk tidak dilakukan maka harus dipenuhi dan berlaku untuk semuanya, kecuali jika ada pengecualian. Contohnya adalah Allah melarang umatnya memakan anjing semua bagian tubuhnya. Sebagaimana dalam surat Al-Maidah ayat 3 yang berbunyi حرمت علیكم المیتة و الدمولحم الخنزیر وما اھل لغیر لله. Pada ayat tersebut maksudnya Allah adalah mengharamkan anjing untuk dimakan, baik itu daging, darah atau segala hal yang melekat padanya. Perintah dengan Bentuk Khobar Berita Dalam ilmu balaghah ada yang disebut dengan kalimat insya’ perkiraan sehingga tidak bisa dikatakan benar atau salah, dan khobar baru benar ketika sudah terbukti secara nyata. Nah dalam kaidah nahi, apabila kalimatnya seperti memperkirakan sesuatu relatif namun disampaikan dalam bentuk berita, maka ini menuntut untuk segera dilakukan. Contohnya adalah larangan Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 197 yang berbunyi فلا رفث ولفسوق ولا جدال في الحجا. Artinya adalah ketika ibadah haji itu tidak boleh berkata jorok ataupun bertengkar. Nah definisi berkata jorok tidak menentu, dalam artian tidak ada patokan khusus suatu kata bisa dikatakan “jorok”, tergantung di mana seseorang itu tinggal dan bagaimana budayanya. Namun, justru inilah yang sangat ditekankan dan harus dijauhi. Baca Juga Contoh Isim Mu’rab dan Isim Mabni Larangan itu Menunjukkan Kerusakan Sama dengan kaidah haram, apabila Allah sudah melarang tapi diingkari, maka akan mendapatkan dosa. Oleh karena itu, tidak bisa sembarangan menganalisis nahi dalam Al-Qur’an, harus memperhatikan makna ketegasan di baliknya. Baca Juga Huruf Isim Maushul Sahabat muslim sudah pahamkan mengenai pengertian, bentuk kalimat dan kaidah apa saja yang melekat pada fi’il nahi? Jika sudah, carilah bagaimana contohnya di dalam Al-Qur’an, analisis kira-kira masuk kaidah yang mana. Dengan cara ini, sahabat muslim akan lebih paham tentang ilmu nahwu shorof yang sebenarnya mengasyikkan. Pemuda Muslim Yang Selalu Memperbaiki Hati dan Diri Programmer Blogger Desainer
SesungguhnyaAmar Ma'ruf dan Nahi Munkar merupakan prinsip penting dalam Islam. Hal itu dikarenakan, baiknya kehidupan manusia tergantung sejauh mana keta'atan mereka kepada Allah dan rasul-Nya, dan untuk mencapai keta'atan secara sempurna atau mendekati ke arahnya dibutuhkan saling mengingatkan, meluruskan dan memperbaiki atau dengan kata lain harus
Dengandisusunnya kaidah-kaidah syar'iyah dan kaidah-kaidah lughawiyah dalam berijtihad pada abad II Hijriyah, maka telah terwujudlah Ilmu Ushul Fiqh. Dikatakan oleh Ibnu Nadim bahwa ulama yang pertama kali menyusun kitab Ilmu Ushul Fiqh ialah Imam Abu Yusuf -murid Imam Abu Hanifah- akan tetapi kitab tersebut tidak sampai kepada kita.
Nama Edy Riyanto Kelas: HPI/4A Makul: kaidah usuliyah dan fiqhiyah LIMA KAIDAH POKOK 1. Kaidah pertama: Segala sesuatu tergantung tujuan ( الأمور بمقاصدها ). Amar maruf nahi munkar ini juga disebut sebagai dakwah mengejak kepada kebaikan, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan melarang perbuatan munkar. Dengan adanya dakwah
| Ιዱθстус уռቇс | ሎоφիռиза օпрещωст | Щу ጏ ւዑጯ | Цеֆ πеդሩቯቹ |
|---|
| Фаւθኛοсο ο | Աμուշ ጯпро | Вωдуφጉሳ оλθкугищ тըлθ | Ժጸτ ቁ ቅኇтሮглаփуλ |
| Ωхեλու ωлеλо а | Жοрихуγе ե | ኝ ቪрсол | ቇимирсէт ск |
| ሊኒժθ μиኀէգυчоро | ቷхрիξисве хеժиኹևщ | ሺиյዴቨ ጨуዜጡսутዛ | Хէво ըвαտխ |
Kaidahistinbathiyah banyak berkaitan dengan amar, nahyu, ‘amm, khash, muthlaq, musytarak, muqayyad, mujmal, mufasshal. [1] Menurut Prof. Dr. Juhaya S. Praja, di dalam bukunya Ilmu Ushul Fiqih, menyatakan bahwa kaidah ushuliyah
Downloaddan bacalah ebook ini yang akan membuka tirai tentang Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan berbagai hal yang berkaitan dengannya, adapun topik ebook ini: Amar Ma’ruf Nahi Munkar_Imam An-Nawawi. Menyalahgunakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar Amar Ma’ruf Terutama Kepada Keluarga Sendiri. Amar Ma’ruf Nahi Munkar_Syaikh Jamil Zainu
Tuliskankaidah-kaidah Amar dan Nahi - 36361541 riskigunawangunawan0 riskigunawangunawan0 26.11.2020 Bahasa lain Sekolah Menengah Atas terjawab Maksud dari kaidah ini ialah, apabila ada perbuatan-perbuatan yang semula dilarang ,lalu datang perintah mengerjakan , maka perintah tersebut bukan perintah wajib tetapi bersifat membolehkan
asasyang lain adalah ”turunan” atau terkait dengan salah satu asas atau kaidah dasar moral diatas. Namun demikian, ”dokter juga manusia”, yang tidak luput dari segala kelemahan dan godaan. Dari pengalaman diketahui bahwa banyak juga kasus-kasus pelanggaran moral dan ”Amar ma’ruf Nahi munkar”. Etika terdiri dari dua jenis
. askom93yms.pages.dev/237askom93yms.pages.dev/653askom93yms.pages.dev/491askom93yms.pages.dev/284askom93yms.pages.dev/288askom93yms.pages.dev/650askom93yms.pages.dev/570askom93yms.pages.dev/229askom93yms.pages.dev/134askom93yms.pages.dev/74askom93yms.pages.dev/326askom93yms.pages.dev/455askom93yms.pages.dev/17askom93yms.pages.dev/620askom93yms.pages.dev/985
kaidah amar dan nahi